Mikrokontroler sudah tidak asing lagi di dunia robotika dan otomasi, karena perannya sangat penting sebagai otak dari suatu sistem. Mikrokontroler dapat memproses informasi dan memberikan output sesuai program yang ditanamkan oleh seorang programmer mikrokontroler.
Pada awal perkebangannya, mikrokontroler memerlukan perangkat downloader yang bertugas untuk menanamkan program yang berasal dari software atau Integrated Development Environment (IDE) ke mikrokontroler untuk disimpan di memori flash mikrokontroler melalui port SPI sehingga mikrokontroler dapat melakukan pekerjaannya sesuai program yang dibuat oleh seorang programmer mikrokontroler. Untuk dapat melakukan proses flashing dengan downloader kita perlu menginstal driver yang sesuai secara terpisah.
Selain itu, untuk melakukan data tracing atau debugging kita juga harus menyiapkan hardware converter USB-TTL serta menginstal serial terminal secara terpisah agar kita dapat melakukan tracing dan debugging.
Proses tersebut cukup rumit bagi sebagian orang, karena harus menyiapkan minimal tiga perangkat untuk dapat melakukan programming hingga debugging.
Berawal dari thesis mahasiswa di Itali yang bernama Hernando Berragan pada tahun 2005, yang kemudian dikembangkan oleh Massimo Banzi dan David Cuartielles yang hasil dari ide tersebut berujung pada penyebutan "Arduino". Dimana platform Arduino memiliki tujuan agar pengembangan perangkat lebih murah dan mudah. Dimana parameter yang ditargetkan adalah sebagai berikut :
- Harga terjangkau
- Lintas platform
- Bahasa pemrograman yang mudah dipelajari bahkan oleh selain orang teknik sekalipun
- Open source, hardware maupun software
Perbedaannya adalah, Platform Arduino hanya membutuhkan satu software dan satu blok hardware onboard sudah cukup untuk membuat suatu sistem yang dapat melakukan programming, flashing, hingga debugging di port usb yang sama.
--- SEMOGA BERMANFAAT ---
Komentar
Posting Komentar